Di
kampus tadi sangat tidak mengenakan, rasa tidak menyenangkan ini dimulai dari
adanya kuis mendadak yang diadakan oleh dosen MATSI. Yang tidak menyenangkan
karena saya tidak berhasil menyapu bersih semua soal kuis, satu soal tertinggal
sebenarnya soalnya tidak susah hanya membuuhkan konsentrasi tinggi. Tapi
konsentrsi saya sudah hilang sejak teman saya selalu bertanya kepada saya, ini
bener gak kus, kus lu duduk disini aja dekat gw, kus mita bantuannya ya.
Sebelum mengerjakan soal saya sudah dibuat hilang duluan konsentrasi saya.
Di satu sisi saya tidak enak juga
kalau tidak membantu teman saya nanti saya di jauhi oleh teman saya hanya
karena menolak membantu mereka pada saat ujian berlangsung dan di sisi lain
saya ingin berhasil mendapatkan hasil yang smepurna sesuai keinginan saya sejak
awal. Saya dibuat pusing oleh dua pilihan rasa-rasanya adala rasa dilemma yang
sebenarnya tidak perlu samapai dibawa larut dalam rasa ini, tapi rasa menyesal
ini karena saya lebih memilih membantu teman saya dibandingkan mementingkan
tujuan saya sejak awal ingin mendapatkan hasil yang sempurna, rasa menyesal
tersebut masih dibawa sampai sekarang yang sangat sulit untuk menghilangkannya.
Yah mau bagaimana lagi nasi sudah
menjadi bubur saya gagal mendapatkan hasil yang sesuai yang saya inginkan dan
saya juga mendapatkan rasa menyesal yang sangat tidak enak ini, tetapi jika ada
kondisi dimana sama seperti yang terjadi seperti ini saya akan memilih untuk
memenuhi tujuan saya dan keinginan saya dibandingkan teman saya, yang bisa saya
lakukan saat ini hanyalah berdo’a supaya hasil yang saya peroleh kuis tadi
tidak terlalu buruk dan berharap mata kuliah MATSI ini akhirnya saya
mendapatkan nilai yang bagus pada sat akhir semester 4 ini.
Tapi dari keluh kesah yang saya ceritakan
tadi ada satu hal yang bisa saya petik ternyata pertemanan itu bisa merugikan,
meugikannya itu karena rasa kita terlalu saya sama teman kita sehingga kit
melupakan diri kita sendiri yang seharusnya menjadi orang yang nomor satu
dipenuhi tujuannya.